Rabu, 1 September 2010

KISAH SANG TIKUS



Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk mengamati sang petani dan isterinya membuka sebuah bungkusan.
Ada makanan pikirnya? Tapi si Tikus terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus.

Si Tikus pun Lari kembali ke ladang pertanian, lalu berteriak memberi peringatan. "Awas, ada perangkap tikus di dalam rumah,
hati-hati, ada perangkap tikus di dalam rumah!"
Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruk tanah, mengangkat kepalanya dan berkata,

"Ya maafkan aku, Pak Tikus, aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tak ada masalahnya. Jadi jangan buat aku pusing kepala."

Sang Tikus merasa sedih dan pergi menuju sang Kambing, dan berkata, "Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di rumah!"

"Wah, aku menyesal dengar khabar ini," si kambing menghibur Si Tikus dengan penuh simpati, "tetapi tak ada sesuatupun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu sentiasa ada dalam doa doaku!"

Dengan raut sedih Sang Tikus kemudian berbelok menuju si Lembu.
" Oh? sebuah perangkap tikus, jadi saya dalam bahaya besar ya?" kata lembu itu sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Akhirnya sang tikus pun kembali ke rumah dengan kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian.
Malam itu juga terdengar suara bergema diseluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berhasil menangkap mangsanya.

Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap.
Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular yang sangat berbisa.
Ular itu sempat mematuk tangan isteri petani itu. Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit. Si Istri kembali ke rumah dalam keadaan menggigil, demam. Sudah menjadi kebiasaan setiap orang yang sakit demam panas, obat pertamanya adalah dengan diberikan sup ayam segar yang hangat, jadi petani itu pun mengambil pisaunya dan pergi ke kandang ayam untuk memotongnya dan dijadikan Sup Ayam.

Namun bisa ular tersebut sangat ganas, Penyakit isterinya tak kunjung sembuh sehingga teman-teman dan tetangganya datang menjenguk, dari jam ke jam selalu ada saja para tamu. Petani itu pun menyembelih kambingnya untuk menjamu para tamu yang datang.

Tak cukup disitu, Isteri petani itu lalu meninggal, sehingga makin banyak lagi orang-orang yang datang untuk melayat/berta'zah ke pemakamannya sehingga petani itu terpaksalah menyembelih lembunya agar dapat memberi makan para pelayat itu.
-----------------------------
Sahabat  yang di Rahmati Allah. Jika anda mendengar ada seseorang yang menghadapi masalah, janganlah anda berpikir bahwa masalah tersebut tidak ada kaitannya dengan anda, ingatlah bahwa sebuah "perangkap tikus" dapat menyebabkan seluruh "ladang pertanian" ikut menanggung risikonya. Ladang Pertanian Ibarat Lingkungan Kita Sehari2.

Maka berhentilah Mementingkan Diri Sendiri. Berhentilah Memikirkan Keselamatan SendiriKarena sikap mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan daripada kebaikanya.
Mari kita buang sifat2 yang di wakili oleh tokoh cerita di atas.

si Ayam (Cuek) , si Lembu (Menertawakan orang lain), si Kambing (Munafik) dan si Ular (Lengah hingga terperangkap).

Teman-teman dan orang yang anda cintai diibarat seekor Tikus yang hendak diperangkap oleh iblis dan bala tentaranya, janganlah Anda bersikap seperti Ayam, Kambing dan Lembu.

Selamatkanlah mereka, ajaklah mereka berMUHASABAH.

Ingatlah PENYESALAN itu datangnya di akhir, dan jangan sampai kita semua menyesal dan menanggung kerugian akibat Perangkap Tikus tersebut

Tiada ulasan:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

renunglah dng mata hati..

renunglah dng mata hati..